Semerah Darah.
Matahari masih malu menampakan dirinya. Burung-burung
sangat bergembira dengan kicauan nya,udaranya yang sejuk dan sangat
menyegarkan. Lalu tetapi, ‘’AAAAAAAAAAAA....!!!’’ Gina Terlonjak dari tempat
tidur dan terbangun dari tidurnya pagi itu. Sungguh menyeramkan mimpi yang ia alaminya.
Ia pun merutuki dirinya kenapa ia bisa mendapatkan mimpi yang tak patut ia
mimpikan. ‘’Apakah aku tidak membaca doa tadi malam?,ah kukira sudah. Lupakan
lah sebaiknya aku Shalat shubuh’’. Ia pun Berdiri dari tempat tidurnya dan
langsung ke kamar mandi untuk mengambil wudhu.
Setelah
sesampainya ia di sekolah ia masih mengingat-ingat mimpinya semalam.‘’Hai Gin!!,kamu
kenapa? Ada masalah?’’ celetuk Hani yang tiba-tiba menghampiri Gina yang tengah
melamun di tempat duduknya.‘’Eh Ani. Ngga papa kok’’ ucap Gina sedikit lemah.
‘’Kamu kenapa? Coba ceritain ke aku,mana tau aku bisa ngenolong kamu’’.
‘’Sebenarnya..’’. Handphone Gina langsung berbunyi,Lalu ia langsung memencet
tombol untuk mengangkat panggilan tersebut.
’Halo?.................APAAAAAA?!’’. seluruh tubuh Gina terasa
melemah. Hani yang melihat kondisi teman nya pun langsung bertindak. ‘’Gina
kamu kenapa?’’, lalu sambil menangis Gina berkata ‘’Keluargaku kecelakaan..’’.
‘’Apaaaaa?!’’ Hani pun langsung tersentak kaget. Gina pun langsung keluar kelas
lalu meminta izin kepada Piket untuk keluar sekolah dengan Hani dan langsung
bergegas pergi ke Rumah Sakit yang ditunjukan si Penelpon tadi.
Tidak membutuhkan
waktu lama mereka pun tiba di Rumah Sakit dimana keluarganya di rawat. Ia di
temani Hani segera menuju UGD. “Keluarga yang kecelakaan tadi dimana dok?” Gina
hampir tidak dapat menahan air matanya lagi. Hani yang ada di dekatnya hanya
bisa melihat pilu derita yang dialami sahabatnya itu. “Adek adalah
keluarganya?” Tanya dokter memastikan. Dokter itu yang menangani keluarga Gina.
Ia menggenakan masker dan baju operasi yang berlumuran darah, yang menandakan
keadaan keluarga Gina memang benar-benar kritis. “Iya, Saya keluarganya” “Maaf
adek, ayah, ibu dan kakak adek kehilangan banyak sekali darah, dan harus
cepat-cepat ditolong. Tapi sayangnya, stok darah di rumah sakit kami hanya
sedikit” Ujar dokter itu. “Tolong dok, tolong keluarga saya” Serasa dunia akan
runtuh ketika Gina mendengar penjelasan dari dokter bahwa stok darah di rumah
sakit tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan darah keluarganya. “Masih kurang untuk
satu orang” Kata Dokter kepada suster yang membantunya. “Dokter, tolong dok...
Ambil darah saya saja dok, yang penting keluarga saya selamat” Erang Gina.
“Eh... emang golongan darah adek apa?” “Saya AB dok” “Tapi maaf, golongan darah
yang diperlukan adalah B”.Mendengar perkataan dokter,Gina seakan terkena
pukulan bertubi-tubi, Gina lemas tak berdaya mendengarnya. Ia hampir pingsan
karena putus asa. “Gina, sadarlah.... Dokter golongan darah saya A dokter,
apakah tidak bisa” Sela Hani. Ia juga ingin membantu Gina sebisa mungkin.
“Tidak bisa dek” Hani pun pasrah.
Tiba-tiba ponsel Gina berdering. Ah... Ia lupa akan
ponselnya. Gina lantas mengambilnya dan menjawab telpon. “Halo.... Paman?....
Iya. Gina Sudah ada di Ruang UGD.... Paman dimana? Ohh..baiklah paman” Gina
lantas menutup telpon. Ada seberkas senyum di wajahnya yang tadi panik .
“Siapa?” Tanya Hani. “Pamanku... dia ada disini, mungkin saja dia bisa
membantu”.
Tak lama kemudian,
seorang paruh baya terlihat berlari-lari di lorong rumah sakit. Memeriksa
setiap bagian ruangan, seakan mencari sesuatu. “Paman!!” Teriak Gina setelah
mengetahui bahwa orang itu adalah pamannya. “Gina!! Bagaimana kabar ayah ibu
dan kakak?” Paman Budi adalah adik kandung dari Ibu Gina. Kebetulan ia sedang
berada di sekitar rumah sakit saat mengetahui kabar kecelakaan itu. Gina tidak
bisa berkata2 lagi. Alih-alih menjawab, ia langsung menunjuk ke suster yang
masih sibuk menghubungi rumah sakit lain untuk meminta stok darah. “Suster,
saya adalah keluarga pasien kecelakaan ini... Apa ada yang bisa saya bantu?”
“Pasien membutuhkan darah secepatnya pak. Golongannya B” Jawab sus. “Saya B.
Anda bisa mengambil darah saya sus.” “Baik ikut saya, pak. Kita cek dahulu
kesehatan bapak”.Gina kembali terduduk di kursi tunggu ruang UGD. Ia merasa
agak sedikit lega karena pamannya datang. Tapi tetap saja, ia tidak bisa
secepat itu gembira. Gina melirik ruang UGD yang terbuka setelah beberapa
suster berulang kali keluar masuk ruangan itu. Air matanya menetes kembali.
“Gina... yang sabar yah. Aku yakin semua pasti ada jalannya, semua ini sudah
ada yang mengatur” Hani menenangkan sahabatnya itu. Sembari menjaga Gina yang
masih lemas, Hani membuka ponsel nya dan mengirim sesuatu. Beberapa saat
kemudian paman nya kembali, namun raut wajahnya sangatlah sedih. Gina menjadi
was-was. “Bagaimana paman??? Bagaimana? Bisa tidak?” Gina hampir histeris,Paman
langsung memeluk Gina dengan erat. Paman tidak ingin Gina menjadi khawatir.
“Tunggu Gina, paman yakin ada seseorang yang menolong. Meski golongan darah
paman dengan ibumu sama, tapi paman tidak bisa mendonorkannya. Tipe rhesus kami
berbeda.” Gina akhirnya menangis. Hani pun ikut meneteskan air matanya.
Pamannya tidak bisa berbuat apa-apa lagi, tetapi ia memilih untuk berpura –pura
tegar. Ia tidak ingin keponakannya juga sedih. Tiba-tiba dokter dan beberapa
suster terlihat berlari ke luar dari ruang UGD. Gina bisa mendengar beberapa
suster memanggil suster lain, dan sang dokter menyuruh beberapa suster lainnya
untuk mengambil alat. “Detak jantungnya semakin lemah dok! Kesadarannya
menurun!!” Gina hanya bisa mendengar seorang suster bebicara keras memanggil dokter.
Keringat dingin mengucur di sekujur badan Gina. “Ya Allah, berilah pertolongan
pada HambaMu Ya Allah...” Hani pun tak kuasa menahan air matanya. Sedangkan
sang paman juga terlihat berdoa dengan khusyuk. “Dokter! Kita mendapat pendonor
yang tepat!” Seorang suster terlihat tergopoh-gopoh membawa kantong darah di
tangannya. Di belakangnya, seorang perempuan paruh baya terlihat membuntutinya.
Perempuan paruh bawa itu tidak mengikuti suster masuk ruang UGD, tetapi
menghampiri tempat dimana Gina Hani dan Paman menunggu. “Mama!” Teriak Hani.
“Gina? Kamu yang sabar nak.” Gina mendongak. Perempuan paruh baya itu ternyata
Ibu Hani. Hani memeluk ibunya yang baru datang. “Mamah... untung mamah cepat
datang, kalau tidak bisa bisa mamahnya Gina...” “Hush.... jangan begitu. Mamanya
gina pasti baik-baik saja” Gina hanya melongo, air matanya justru keluar lebih
deras. “Terima kasih sekali bu, untung ada Ibu, Kakak saya bisa terselamatkan!”
Paman pun tersenyum sipu dan kini menyalami Ibu Hani dan mengucapkan banyak
terima kasih padanya. Akhirnya masih ada harapan. Sejam menunggu diliputi cemas,
akhirnya Seorang dokter keluar ruangan dan menghampiri Gina Hani Paman dan Mama
Hani. “Tidak usah khawatir dek... Kondisi ibu adek sudah dapat tertolong.
Tinggal menunggu pemulihan pasca oprasi. Mungkin butuh waktu beberapa jam atau
hari untuk siuman. Kami akan berusaha untuk terus melakukan perawatan.” Dokter
itu memberikan senyuman terlebarnya pada Gina. Gina terjatuh lemas pada
lututnya. Ia seakan ingin sujud sukur. Betapa bahagiannya ia bisa melihat
keluarganya kembali. Tuhan tlah memberi pertolongan lewat Ibu Hani. Ia tidak
bisa berucap banyak, hanya menangis dan bergantian memeluk ibu Hani, Hani dan
pamannya.
JT Casino Resort Tickets - Hollywood, FL
BalasHapusiT Casino Resort tickets 목포 출장안마 at Ticketmaster.com. 하남 출장샵 Find all the upcoming 안산 출장샵 events, special events, and Q&A with 양산 출장마사지 JT Casino 바카라 사이트 주소 Resort.